Assalamu'alaikum...
Belakangan
ini saya sering bertemu dengan pembaca doa yang mengeluh. Katanya, umat masa
kini sering tidak sabaran, ingin agar doanya cepat-cepat selesai. Tetapi setelah
lama saya perhatikan, saya justru memberikan nasihat agar mereka
menyederhanakan cara berpikir mereka yang ribet. “Sederhanakan doa Anda,”
begitu saran saya.
Ini
tentu bukan karena kita hidup dalam abad kecepatan, melainkan karena kesalahan
pembaca doa itu sendiri. Mereka tidak fokus, kurang percaya diri, ingin mencari
perhatian berlebih dari sebuah ritual yang padat acara. Bukan. Sama sekali ini
bukan menganggap doa tidak penting, melainkan kita perlu mengajak orang lain
fokus, khusyuk, dan menaruh perhatian yang penuh.
Bayangkan
di sebuah pesta pernikahan. Pembaca doa membukanya dengan menyebut nama semua
tamu yang dianggapnya penting. Alih-alih membaca doa, ia memasukkan banyak
nasihat seperti yang biasa diucapkan seorang kakek kepada cucu-cucunya. Nasihatnya
banyak sekali dan semakin lama semakin bercabang, bercampur dengan teori-teori,
kisah, pengalaman hidup, dan seterusnya. Padahal, pada sesi sambutan keluarga,
seorang yang dituakan sudah banyak memberi nasihat.
Belum
lagi ingatannya yang melebar. Itu sudah 10 menit lebih. Doa belum juga dimulai.
Padahal AC di ruang tengah tidak bekerja optimal. Antrean tamu semakin panjang.
Hak sepatu yang dipakai kaum ibu yang hadir tinggi-tinggi, membuat mereka cepat
merasa letih, berdiri di tempat tanpa gerak.
Akhirnya
satu per satu tamu mulai bicara sendiri-sendiri, saling ngobrol. Dan beberapa tamu berteriak halus: Amin, amin! Tetapi pembaca
doa tidak tanggap, ia terus berbicara berputar-putar, tidak fokus.
Cerita
di atas saya kutip dari penulis favorit saya sekaligus guru besar Universitas
Indonesia yaitu Pak Rhenald Khasali. Beliau banyak sekali pengalaman dalam
hidupnya yang diceritakan pada bukunya yang berjudul”Self Driving menjadi
driver atau passenger?”. Saya mengambil
salah satu ceritanya tentang doa yang ribet. Dapat saya simpulkan bahwa
ternyata kita itu harus menyederhanakan doa kita agar fokus, dan selama ini
kesalahan terbesar saya adalah terlalu banyak doa atau keinginan tapi hanya
sedikit proses yang dijalankan untuk terkabulnya doa tersebut. Dengan membaca
cerita tersebut memberikan saya pencerahan untuk tidak terlalu ribet dalam berdoa,
fokus dan percaya diri supaya doa bisa terkabul.
Sekian
sedikit cerita yang bisa saya kutip, semoga bermanfaat.
Wasalamu’alaikum...
0 komentar: